Perkembangan Dunia E-commerce di Asia Saat Ini.

Perkembangan E-commerce naik tajam belakangan ini.

Apabila dibandingkan dengan Amerika Serikat atau Tiongkok, Asia Tenggara bisa dikatakan masih menjadi pendatang baru di dunia e-commerce.

Alibaba, misalnya, mulai muncul ketika Jack Ma mendirikannya di apartemennya pada tahun 1999. Sejak saat itu, banyak hal yang telah terjadi di dunia e-commerce global, khususnya Asia Tenggara.

Seolah memiliki keuntungan tersendiri dengan belajar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi di pasar e-commerce terdahulu, Asia Tenggara kini mulai menyusul pergerakan e-commerce secara cepat.

Masih Didominasi oleh B2C

Coba perhatikan, industri e-commerce memiliki pola tersendiri dalam perkembangannya.

Dari yang semula P2P, berubah menjadi C2C, B2C, hingga Brand.com. Hal ini bahkan juga terjadi di Amerika Serikat, mereka memulainya dari Craiglist, eBay, dan Amazon, lalu ke situs brand seperti Nike, J.Crew, dan Gap.

Nah, Asia Tenggara sepertinya mengikuti pola yang sama meskipun terkesan agak overlapping karena semua terjadi bersamaan dalam waktu singkat.

Meski begitu, saat ini sepertinya B2C masih memegang kendali atau mendominasi dunia e-commerce di Asia Tenggara, terutama B2C yang menjual brand pihak ketiga.

Lazada, misalnya yang cukup dominan dan kerap disebut sebagai Amazon dari Asia Tenggara, mendapatkan 70% GMV (Gross Merchandise Value) dari pihak ketiga, transaksi marketplace, dengan 30% sisanya didapatkan dari ritel “tradisional” langsung ala Amazon.

Setelah diakuisisi oleh Alibaba, kemungkinan besar Lazada akan menjadi “ancaman” bagi para retailer lain sehingga persaingan di industri B2C semakin sengit.

Industri e-commerce B2C bahkan diprediksi akan terus mengalami persaingan hingga 4-5 tahun mendatang. Selama periode waktu tersebut, Anda mungkin akan melihat lebih banyak startup dan venture capital yang ikut masuk ke dunia e-commerce 2.0.

Namun mereka perlu menyesuaikan dengan pasar lokal Asia Tenggara agar tidak kalah dengan para pesaingnya.

Brand.com Menjadi Tren Baru

Seperti yang disebutkan sebelumnya, pola e-commerce di Asia Tenggara akan berevolusi menjadi Brand.com. Pada dasarnya, Brand.com tidak jauh berbeda dari marketplace B2C seperti Lazada atau Zalora, hanya saja Brand.com merupakan situs brand mandiri seperti Estee Lauder dan Burberry.

Bahkan Unilever di Thailand telah menciptakan divisi e-commerce. Padahal, seperti yang Anda tahu, selama ini Unilever merupakan brand yang penjualannya cukup kuat di ranah offline.

Hal ini menunjukkan bahwa peralihan platform online yang dilakukan brand ternyata terjadi lebih awal.

Contoh lainnya adalah aCommerce yang baru mendapatkan investasi dari distributor ritel terbesar di Asia, DKSH, yang memiliki hak distribusi untuk beberapa brand besar seperti P&G, Unilever, dan Johnson & Johnson.

Artinya, permintaan terhadap brand e-commerce pun semakin tinggi sehingga mempercepat proses peralihan brand untuk melakukan penjualan online.

Tidak lama lagi, industri e-commerce di Asia Tenggara pun pasti akan ikut mengalami perubahan tersebut.

Meskipun masa depan industri e-commerce di Asia Tenggara terlihat cerah dengan segala peluang positifnya, perusahaan e-commerce perlu memahami bahwa mereka kompetisi pun akan semakin sengit.

Karenanya, mereka harus mengerahkan berbagai cara agar bisa unggul dalam persaingan tersebut. Salah satunya mungkin bisa dilakukan dengan membangun budaya kerja yang menarik dan menyenangkan agar para talenta terbaik akan tertarik untuk bekerja dengan mereka dan menghasilkan produk berkualitas tinggi.

JOIN IDAFF ACADEMY TODAY!
Dapatkan Kupon Diskon dan Gunakan Saat Launching Perdana
Kami menghormati privasi anda, data anda aman bersama kami.
LENGKAPI INFORMASI ANDA
We will not share your details with any 3rd party.
Daftarkan diri Anda di Webinar ini
Isi nama dan email Anda di bawah ini:
Privasi Anda Kami Hormati. Anda Bisa Berhenti Kapan Saja.
Daftarkan diri Anda di Webinar ini
Isi nama dan email Anda di bawah ini:
Privasi Anda Kami Hormati. Anda Bisa Berhenti Kapan Saja.